Minggu, 25 September 2011

Tips Mengasuh Anak Kembar

Tips Mengasuh Anak Kembar-Melihat anak kembar berjalan berdampingan dengan pakaian dan aksesoris yang sama, hampir sebagian besar orang akan berkomentar. Namun memiliki anak kembar tentu tak semata menghadapi sejumlah persamaan yang dimiliki mereka.

Moms and Dads perlu memahami pola asuh yang tepat untuk si kembar. Anak kembar biasanya mempunyai ikatan emosi cukup kuat. Mulai dari dalam satu kandungan, lalu lahir hanya beda waktu sedikit, kemudian satu kamar tidur, kemana-mana juga selalu bareng sehingga mereka sangat dekat.

“Yang penting bagaimana pola pengasuhan anak kembar harus memunculkan keunikan mereka, menjadi pribadi yang punya karakter sendiri. Misalnya yang satu suka makanan berkuah, yang satunya tidak. Atau yang satu pendiam, yang satunya lagi lebih banyak ngomong. Hal itu tidak masalah. Pada dasarnya mereka adalah individu yang mempunyai keunikan,” urai Indri Savitri, M.Psi, Psikolog dari LPTUI ini.

Dukung minat yang berbeda
Tak dapat dipungkiri, banyak orangtua senang memperlakukan anak kembar dengan serba sama. Mulai dari penampilan, sifat dan karakter juga selalu disama-samakan meskipun berbeda. Memang kelihatannya lucu dan menggemaskan melihat si kembar memakai baju, sepatu atau hiasan rambut yang sama.

Ketika si kembar masih bayi, bukan masalah perihal kebiasaan orangtua menyamakan cara berpakaian. Lain halnya ketika mereka bertambah besar. Pada usia di atas 3 tahun biasanya anak kembar mulai ingin merasa berbeda. Baik soal penampilan, memilih jenis makanan atau aktivitas fisik seperti bermain.

Ketika anak ingin tampil berbeda dengan kembarannya, orangtua harus mengikuti keinginan anak-anaknya. Sebaiknya orangtua memfasilitasi, jangan disamakan terus. Contoh, anak yang satu ingin main bongkar pasang, sedangkan yang satunya lagi ingin main boneka, biarkan mereka melakukan hal yang mereka inginkan.

Jika selalu disama-samakan terus, akibatnya anak akan mengembangkan kepribadiannya di bawah bayang-bayang atau selalu melekat dengan saudara kembarnya. Ia tidak punya identitas diri dan rasa percaya dirinya rendah karena lebih mengikuti kakaknya. Kepribadian menjadi tidak berkembang normal atau alami, ia menjadi anak yang selalu ikut-ikutan, tidak dapat menjadi diri sendiri.

Haruskah beda kelas?
Ada kalanya anak kembar memiliki rasa ketergantungan. Hal tersebut wajar terjadi karena mereka tumbuh dan berkembang bersama. Sejak kecil mereka biasa satu kamar tidur, tukar-tukaran baju, alat tulis, mainan dan sebagainya. Tapi setelah masuk sekolah, anak kembar harus mampu mengembangkan diri sendiri dan harus menemukan sesuatu yang bisa dibanggakan sehingga lebih percaya diri.

Jadi meskipun mereka kembar, tidak perlu selalu dibuat atau diperlakukan sama. Termasuk ketika si kembar memilih sekolah. Sebaiknya anak kembar dipisah dalam pemilihan sekolah sesuai karakter, minat, hobi, kegiatan tapi bukan dalam hal pengasuhan. Ada anggapan bahwa kembar tidak boleh satu sekolah agar dapat mengembangkan identitas independent mereka dan tidak tergantung kembarannya. Tujuannya anak dapat tumbuh dengan pribadi seutuhnya.

“Beberapa orangtua memilih menyekolahkan si kembar dalam satu sekolah yang sama dengan alasan kalau berjauhan sulit antar jemputnya. Kalau memang faktor jarak menjadi kendala, boleh-boleh saja. Tapi walaupun sekolah mereka sama, sebaiknya kelasnya dipisah,” saran Indri.

Tak lupa untuk bertanya lebih dulu pada si kembar apakah ingin sekolahnya dipisah atau tidak. Termasuk ketika mereka ingin memilih kamar berbeda juga. Biarkan anak memilih sendiri apa yang mereka yakini, ikuti saja apa yang mereka mau apakah mau pisah atau tidak.

Yang harus diingat anak kembar sebaiknya tidak dipisah pengasuhannya sejak dari bayi, dalam arti dibesarkan di keluarga yang berbeda. Misalnya dititipkan ke paman/bibinya atau yang masih ada hubungan saudara. Pasalnya hal itu akan memengaruhi kepribadian anak tersebut karena anak akan merasa dibuang. Biasanya kelak akan meninggalkan sakit hati atau perasaan terluka sangat dalam atau bisa juga dalam bentuk kemarahan yang dipendam.

Jenis kelamin berpengaruh
Pola asuh anak kembar sejenis dengan yang berlainan jenis kelamin memiliki sedikit perbedaan. Anak perempuan biasanya lebih mudah dipahami, lebih mudah diatur, karena responsif dan peka bahasa. Sedangkan anak laki-laki lebih suka eksplorasi, bereksperimen, kegiatan outdoor dan harus lebih diatur misalnya kalau mau mandi, anak laki-laki harus disuruh-suruh dulu. Anak laki-laki harus lebih dimonitor, sedangkan anak perempuan harus lebih dikembangkan sisi-sisi lainnya seperti tidak hanya seputar rumahan saja, tapi juga pergaulan di luar rumah (outdoor).

“Pada dasarnya pengasuhan dalam keseharian sama saja. Yang penting harus tetap ada keterbukaan karena ini penting dalam pengasuhan anak supaya lebih mengenal diri, tahu kebutuhan dan keinginan anak, dimana antara orangtua dan anak dibiasakan selalu ada dialog atau komunikasi,” tutupnya.

Tip & trik mendidik si kembar
1. Perlu adanya kebersamaan aktivitas misalnya dalam permainan, dongeng bersama, saling cerita, makan bareng, tidur bareng. Sehingga anak dapat saling mengingatkan kapan saatnya harus tidur atau ketika makan misalnya yang satu tidak suka sayur, ajak makan sayur sama-sama. Katakan “Kakak saja suka sayur nih, enak kok!”

2. Beri kebebasan bermain. Ada saatnya anak kembar ingin melakukan suatu hal sendirian tanpa saudara kembarnya. Misalnya permainan yang dilakukan sendiri seperti  menggambar, menggunting, dan sebagainya. Sedangkan permainan yang bisa dilakukan bersama-sama misalnya main kartu, interaktif air, monopoli, dan lainnya.

3. Sebaiknya ikuti keinginan anak jika ingin dipisah baik dalam hal memilih kamar tidur, atau sekolah tapi sesuaikan dengan karakter, minat, hobi, kegiatan, bukan dipisah dalam hal pengasuhan.

4. Pengasuhan lebih mengutamakan keunikan pribadi masing-masing anak.

5. Kembangkan minat dan bakat masing-masing anak dan berikan apresiasi.

6. Hindari membanding-bandingkan dan jangan menyamakan anak kembar karena masing-masing anak punya kelebihan dan keunikan sendiri. (Sumber: Tabloid Mom & Kiddie)

Baca juga;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar